Berkata Syaikh Ibnu Baz:
Penjelasan tentang lima rukun Islam. Yang pertama dan
merupakan rukun yang paling agung, yaitu syahadat (persaksian) bahwa tidak ada
ilah selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah. Diikuti dengan penjelasan
makna dan syarat-syarat Laailahaillallah.
Makna Laailaha (tiada ilah): meniadakan semua yang
disembah selain Allah, ilallah (kecuali Allah): menetapkan ibadah hanya untuk
Allah satu-satu-Nya tiada sekutu bagi-Nya.
Syarat Laailahaillallah ialah: ilmu yang menghilangkan
kebodohan, keyakinan yang menghilangkan keraguan, ikhlas yang menghilangkan
syirik, kejujuran yang menghilangkan kebohongan, cinta yang menghilangkan
kebencian, ketaatan yang menafikan pembangkangan, menerima yang menafikan penolakan,
serta mengingkari apa yang disembah selain Allah.
Semua syarat di atas terkumpul dalam dua bait berikut:
“Ilmu, yakni, ikhlas, kejujuran,
Bersama cinta, taat, dan menerima.
Ditambah untuk yang kedelapan dengan pengingkaranmu
terhadap sesuatu yang bukan ilah dan telah dipertuhankan.”
Beserta penjelasan tentang syahadat (persaksian) bahwa
Muhammad adalah Rasul Allah. Tuntutannya ialah membenarkan apa yang Beliau
kabarkan, menaati apa yang beliau perintahkan, manjauhi apa yang beliau larang,
dan tidak menyembah Allah kecuali dengan syarat (ajaran) Allah dan Rasul-Nya.
Lalu penjelasan bagi penuntut ilmu tentang rukun-rukun
yang lain dari lima rukun tadi, yaitu: shalat, zakat, puasa di bulan Ramadhan
dan berhaji ke baitil-haram bagi yang mampu melakukannya}.
Mengenal Islam
Al-Islam berarti penyerahan diri kepada Allah dengan
bertauhid, tunduk dengan melakukan ketaatan, dan melepaskan diri dari syirik
dan kaum musyrikin. Dulu syirik merupakan akidah bangsa Arab sebelum tampak
dakwah Nabi Muhammad. Imam Bukhary meriwayatkan dari Abu Raji’ Al-Aththaridy,
ia berkata: “Dulu kami menyembah batu, maka jika kami mendapatkan batu yang
lebih baik dari yang sebelumnya, kami membuang yang lalu dan mengambil yang
baru itu, sedangkan jika kami tidak mendapatkan batu maka kami mengumpilkan
gumpalan tanah lalu kami mengambil seekor kambing yang kami perah susunya untuk
tanah itu kemudian kami melakukan tawaf padanya.”
Adapun keadaan ummat (bangsa) lain secara umum sebelum
tampak dakwah Nabi, maka Al-Quran telah menjelaskannya di dalam banyak ayat, di
antaranya:
Firman Allah:
وَيَعْبُدُونَ
مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ
شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللَّهِ ۚ
“Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak
memudhoratkan dan tidak pula memberikan mereka manfaat, serta mereka berkata:
‘Merekalah (berhala-berhala) para pemberi syafa’at bagi kami di sisi Allah’.”
(QS. Yunus: 18)
Dan firman Allah:
وَالَّذِينَ
اتَّخَذُوا مِن دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا
إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ
“Dan orang-orang yang mengambil selain Allah sebagai
perlindungan, (mereka berkata:) ‘Kami tidak menyembah mereka selain agar mereka
mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya’.” (QS. Az-Zumar:3)
Dan firman Allah:
إِنَّا
جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ , وَإِذَا
فَعَلُوا فَاحِشَةً قَالُوا وَجَدْنَا عَلَيْهَا آبَاءَنَا وَاللَّهُ أَمَرَنَا
بِهَا ۗ قُلْ إِنَّ
اللَّهَ لَا يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ ۖ أَتَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan
sebagai pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman. Dan apabila
mereka melakukan perbuatan keji (syirik, tawaf telanjang disekeliling ka’bah
dan sebagainya), mereka berkata: ‘Kami mendapati nenek moyang kami mengerjakan
yang demikian itu dan Allah menyuruh kami melakukannya’. Katakanlah:
‘Sesungguhnya Allah tidak memerintahkan kekejian, mengapa kalian mengada-adakan
terhadap Allah apa yang kalian tidak ketahui?’(QS. Al-A’raf: 27-28)
إِنَّهُمُ اتَّخَذُوا
الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ مِن دُونِ اللَّهِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُم مُّهْتَدُونَ
“Sesungguhnya mereka mengambil setan-setan sebagai
pemimpin selain Allah dan mereka menyangka merekalah orang-orang yang
terpetunjuk.” (QS. Al-A’raf: 30)
Dan firman Allah:
وَجَعَلُوا
لِلَّهِ مِمَّا ذَرَأَ مِنَ الْحَرْثِ وَالْأَنْعَامِ نَصِيبًا فَقَالُوا هَٰذَا
لِلَّهِ بِزَعْمِهِمْ وَهَٰذَا لِشُرَكَائِنَا ۖ فَمَا كَانَ لِشُرَكَائِهِمْ فَلَا
يَصِلُ إِلَى اللَّهِ ۖ وَمَا كَانَ لِلَّهِ فَهُوَ يَصِلُ إِلَىٰ
شُرَكَائِهِمْ ۗ سَاءَ مَا
يَحْكُمُونَ
“Dan mereka memperuntukkan bagi Allah satu bahagian
dari tanaman dan ternak yang diciptakan Allah, lalu mereka berkata sesuai
dengan persangkaan mereka: ‘Ini untuk Allah dan ini untuk berhala-berhala
kami.’ Lalu sesajian yang diperuntukkan bagi berhala-berhala mereka tidak
sampai kepada Allah, sedangkan sesajian yang diperuntukkan bagi Allah sampai
kepada berhala-berhala mereka. Amat buruklah ketetapan mereka itu.” (QS.
Al-An’am: 136)
Ayat-ayat dengan makna yang sama sangatlah banyak…..(Insya
Allah Bersambung)
(Di Ambil dari buku Syarah Ad Durusil Muhimmah li
Ammatil Ummah, Cahaya Tauhid Press)